kebersamaan kita

kebersamaan kita
kebersamaan kita yang tak akan terlupakan

Minggu, 09 Juni 2013

IMUNISASI

Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan
 
I
munisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama lebih erat lagi antara masyarakat, orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi. “Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis, dll,” dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua Umum PP-IDAI.

Pada kesempatan sama, dr Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A, Ketua Panitia Simposium, mengatakan, ”Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Di Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak, ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak."

Dr Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML Kemenkes RI mengemukakan, ”Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter swasta. Setiap tahun dilayani imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu kali), imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Td (tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri) pada anak kelas dua dan tiga,  dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak sekolah (kelas satu sampai tiga),  dan 4,9 juta (4.933.500) ibu hamil  dari  sekitar 74 juta (74.983.674) WUS (Wanita Usia Subur) untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid).”

“Sasaran tadi belum termasuk pemberian imunisasi tambahan (SIA/Supplement Immunization Activity), misalnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa polio, crash program campak pada daerah risiko terjadi campak, imunisasi Td pada anak sekolah kelas empat, lima dan enam SD di daerah-daerah risiko terjadinya kejadian luar biasa penyakit difteri di Jawa Timur,” lanjutnya.

Lebih lanjut dikemukakan dr Theresia, “Untuk mencapai cakupan tinggi dan merata di setiap daerah, tentunya  tidak bisa bekerja sendiri, sangat dibutuhkan kemitraaan dengan pihak profesional seperti dengan para petugas medis lainnya. Perawat, bidan, dokter umum maupun para dokter anak untuk turut membantu memberikan pelayanan dan penjelasan pentingnya imunisasi kepada masyarakat.”

“Hambatan program imunisasi antara lain karena geografis negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau, ada yang sangat sulit dijangkau, sehingga pelayanan imunisasi tidak dapat dilakukan setiap bulan, perlu upaya-upaya khusus di daerah dan pendekatan luar biasa pada kawasan strategis, perkotaan, pedesaan dan khususnya kawasan terisolir untuk mencapai sasaran, kemitraan dengan program kesehatan lainnya seperti pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), gizi, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).  Khususnya hambatan yang berupa rumor dan isu-isu negatif tentang imunisasi, maka kepada para profesional inilah kami mohon bantuannya untuk memberikan informasi bahwa vaksin yang disediakan pemerintah aman, telah melalui tahapan-tahapan uji klinik dan izin edar dari BPOM. Vaksin yang dipakai program imunisasi juga sudah mendapat pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (praqualifikasi).”

Imunisasi campak sebagai tolak ukur kelengkapan imunisasi, dimana cakupan imunisasi campak tahun 2009 dilaporkan mencapai 92,1%, masih belum merata, masih ada daerah kantong-kantong dengan cakupan imunisasi rendah sehingga dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Cakupan imunisasi tahun ini yang telah dilaporkan sampai bulan Agustus/September baru mencapai 66,1%.

“Ke depan kita akan terus menggiatkan kampanye imunisasi supaya seluruh anak Indonesia mendapatkan pelayanan imunisasi lengkap, sehingga anak-anak Indonesia memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan. Hal ini akan membantu percepatan pencapaian MDG-4. (Millenium Development Goal point 4),” demikian dijelaskan dr Theresia.

“Sebagai penerus bangsa, anak Indonesia harus sehat secara fisik maupun mental. Imunisasi adalah pilihan terbaik untuk mencegah penyakit. Pemerintah dan orang tua berkewajiban memberi upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak,“ dikatakan Prof DR dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI. ”Terdapat beberapa hal yang menghalangi dilakukannya imunisasi pada bayi, antara lain sulitnya menjangkau populasi yang tidak dapat terakses fasilitas kesehatan, menolak imunisasi, imunisasi yang terlambat, imunisasi ulangan tidak diberikan, persepsi negatif terhadap imunisasi, bahkan pemikiran bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek samping berbahaya, yang seharusnya orang tua lebih takut kepada penyakitnya daripada efek samping yang pada umumnya ringan, kegagalan vaksin-vaksin baru dan karena takut pada keamanan imunisasi,” tambahnya.

”Hal yang penting diperhatikan adalah keteraturan dalam pemberian imunisasi. Jadwal disesuaikan dengan kelompok umur yang paling banyak terjangkit penyakit tersebut. Hasil beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar, maka sebagian besar vaksin diberikan pada umur enam bulan pertama kehidupan. Beberapa jenis vaksin memerlukan pemberian ulangan setelah umur satu tahun, untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama,” ditekankan Prof Sri Rezeki.

Sementara itu, Prof Dr dr IGN Gede Ranuh, Sp.A(K) mengatakan, “Masyarakat seringkali sangat khawatir akan efek samping imunisasi seperti pegal-pegal dan demam daripada penyakitnya sendiri dan komplikasinya yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Misalnya anak yang terkena campak akan mengalami demam tinggi yang berpotensi menimbulkan kejang untuk anak yang mempunyai riwayat kejang demam dan dapat mengalami radang paru atau radang otak sebagai komplikasi campak. Sedangkan beratnya demam akibat imunisasi campak tidak seberapa apabila dibandingkan penyakitnya.”

“Reaksi samping imunisasi dapat disebabkan faktor penyimpanan yang kurang memperhatikan sistem ‘rantai dingin’ (cold chain), cara menyuntiknya karena ada vaksin yang harus disuntikkan ke dalam otot tapi ada juga yang ke lemak. Reaksi samping setelah imunisasi dapat ditemukan reaksi umum (sistemik) seperti demam ringan setelah imunisasi DPT. Demam itu sendiri adalah suatu reaksi tubuh ketika membentuk kekebalan. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak nyaman bisa diberikan obat penurun panas,” lanjutnya.

"Masa depan bangsa Indonesia ditentukan anak-anak yang sehat. Anak-anak sehat akan menciptakan dunia yang sehat. Untuk itu, jagalah kesehatan anak-anak sejak dini dengan memberikan imunisasi,” tutupnya.

Dikutip dari Press Release Simposium: Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan pada tanggal 19 November 2010.

(Pada tanggal 19-21 November 2010, Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satgas Imunisasi IDAI dan bekerja sama dengan IDAI Cabang Jakarta menyelenggarakan Simposium mengenai imunisasi dengan tema: Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan.)

KELUARGA BERENCANA (KB)

Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB)



DEFINISI

  • Keluarga Berendana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak.
  • Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi.
  • Aborsi bisa digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.
Alat kontrasepsi
KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi terdiri dari:

Kontrasepsi oral (pil KB)

  • Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja.
  • Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.

  • Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.

  • Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi.
  • Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).
  • Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
    • Resiko kanker jenis tertentu
    • Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
    • Ketegangan premenstruasi
    • Perdarahan tidak teratur
    • Anemia
    • Kista payudara
    • Kista ovarium
    • Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
    • Infeksi tuba falopii.
  • Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan resiko.
  • Jika wanita tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung, biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah.
  • 3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan 1 kali/tahun.
  • Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh:
    • Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
    • Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
    • Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati
    • Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri
    • Wanita yang memiliki bekuan darah
    • Wanita yang tungkainya sedang digips
    • Wanita penderita penyakit jantung
    • Wanita yang pernah menderita stroke
    • Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan
    • Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.
  • Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh:
    • Wanita yang mengalami depresi
    • Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren
    • Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun
    • Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.
Pemakaian pil KB setelah kehamilan
  • Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB.
  • Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
  • Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu setelah persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB jika tidak ingin hamil.
  • Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
  • Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan membahayakan janin.

Efek samping pil KB

  • Perdarahan tidak teratur.  Sering terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti.
  • Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara permanen.
  • Efek samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan depresi.
  • Efek samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat badan, jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya nafsu makan.
  • Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi.  Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paru-paru.  Pil KB dan pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah setelah pembedahan.
  • Mual dan sakit kepala.
  • 1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur.
  • h. Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah). Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian pil KB dihentikan.
  • Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun).  Di lain fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah.

Interaksi pil KB dengan obat lain

  • Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB.
  • Wanita pemakai pil KB bisa hamil jika secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom atau diafragma).
  • Oba anti-kejang (fenitoin dan phenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
  • Untuk mengatasi hal ini, kepada wanita penderita epilepsi yang mengkonsumsi anti-kejang perlu diberikan pil KB dosis tinggi.
Sumber : http://medicastore.com

40 hari masa nifas

 NIFAS



Pengertian masa nifas sederhananya adalah masa pasca persalinan. Setelah proses persalinan selesai, saatnya bagi rahim untuk menjalani proses pemulihan. Proses pemulihan rahim dan alat-alat reproduksi membutuhkan waktu yang berbeda-beda setiap orangnya.
Proses mengecilnya kembali rahim ke ukuran semula tentu akan berlangsung secara bertahap. Masa nifas biasanya berlangsung sekitar 40 hari. Selama masa nifas, vagina akan terus-menerus mengeluarkan darah yang mengandung trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati (nekrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium), yang disebut lokia.
Apa saja tahapan-tahapan perubahan lokia dalam masa nifas? Berikut ulasannya.
  1. Lokia kubra
Proses ini berlangsung selama tiga hari pertama setelah melahirkan. Darah pada tahapan pertama ini berwarna merah segar dan berpotensi mengandung banyak kuman penyakit.
  1. Lokia sanguinolenta
Pada tahapan kedua ini, darah berwarna merah dan berlendir. Proses ini berlangsung selama 1-2 minggu.
  1. Lokia Serosa
Pada tahapan ini, cairan biasanya berwarna kuning kecoklatan lalu merah muda. Cairan berwarna ini biasanya mulai keluar dua minggu hingga satu bulan setelah melahirkan.
  1. Lokia alba
Cairan berwarna kekuningan lalu bening keluar selama sekitar dua minggu. Berlangsung dari minggu keempat hingga minggu keenam. Jika cairan lokia sudah berwarna bening, maka masa nifas Anda berlangsung normal.
   Pengertian masa nifas ternyata bukan hanya terkait masa pemulihan reproduksi. Dalam hal ini, Anda harus siap menerima tantangan baru sebagai seorang ibu. Lakukan pemeriksaan rutin pasca melahirkan dan hindari melakukan aktivitas terlalu berat.  

3 TAHAP PROSES MELAHIRKAN


Proses kelahiran bayi yang berlangsung normal dibagi dalam tiga tahap atau kala. Penting sekali bagi Anda untuk mengetahui proses tersebut agar Anda bisa menyikapinya secara tepat.3 tahap persalinan

Tahap pertama (pembukaan)

  • Tahap ini merupakan yang paling lama, dimulai dari kontraksi sampai saluran rahim terbuka penuh oleh kepala bayi. Pada persalinan pertama, prosesnya bisa lebih dari 18 jam, sementara pada persalinan kedua dan seterusnya antara 2-3 jam.
  • Kontraksi yang lemah namun teratur dimulai dari bagian atas rahim ke bawah sampai vagina, biasanya diawali dengan nyeri di punggung terus menjalar menjadi seperti kram di perut bawah.
  • Sedikit demi sedikit kontraksi akan semakin seringdan kencang untuk mengeluarkan mendesak kepala bayi ke mulut rahim. Setiap kontraksi berlangsung 30 sampai 60 detik. Jarak antar kontraksi adalah 10-20 menit. Rasa sakit menghilang setiap kali rahim mengendor.
  • Mulut rahim menjadi lunak, tipis dan melebar sehingga memudahkan bayi keluar dari rahim.
  • Sedikit cairan dan darah biasanya ikut menyertai proses persalinan, sebelum akhirnya pecah air ketuban.

Tahap kedua (mengedan)

  • Tahap dari pembukaan penuh sampai bayi lahir. Dalam tahap ini bayi lahir melalui mulut rahim ke vagina, lalu dikeluarkan. Tahap ini biasanya berlangsung kurang dari satu jam untuk persalinan pertama. Pada persalinan kedua, hanya sekitar 20 menit.
  • Ibu akan merasakan keinginan untuk mengedan (menekan otot perut) dan merasakan sensasi seperti orang yang ingin buang air besar. Semakin lama, dorongan mengedan itu akan semakin kuat dan sering. Bayi lalu akan keluar melalui mulut rahim.
  • Pada posisi normal di mana kepala keluar terlebih dahulu, kepala bayi berfungsi sebagai pembuka jalan. Dengan demikian, bayi dapat bernafas bahkan sebelum seluruh badan keluar dari rahim.

Tahap ketiga (plasenta)

  • Pada tahap ini plasenta (jawa: ari-ari) akan terlepas dari dinding rahim. Prosesnya biasanya terjadi 15-20 menit setelah kelahiran bayi.
  • Kontraksi rahim yang keras terus berlanjut setelah kelahiran bayi dan akan menekan pembuluh darah, mengurangi perdarahan dan menyebabkan plasenta lepas dari dinding rahim.

PROSES TERJADINYA KEHAMILAN



Proses Kehamilan Sampai Melahirkan - Proses kehamilan adalah suatu peristiwa terpenting dalam terbentuknya kehidupan pada manusia. Proses ini bermula dari pembuahan dimana berjuta-juta sel sperma akan bersaing menuju sel telur sambil mengeluarkan enzim yang membuat salah satu sperma akan berhasil menembus lapisan pelindung sel telur yang sudah matang. Pada peristiwa pembuahan ini akan terjadi perubahan kimiawi yang mencegah sperma lain memasuki sel telur.

proses kehamilan dari awal hingga melahirkan
Proses selanjutnya adalah dimana sel sperma yang berhasil memasuki pelindung sel telur akan terurai dan inti sel yang membawa kode genetik kemudian menyatu dengan kode genetik sel telur yang telah dibuahi. Kelanjutan dari proses ini akan berlanjut kepada proses berikutnya, yaitu penentuan jenis kelamin bayi oleh 46 kromosom yang menyusun karakteristik genetik-nya.

Sel telur yang telah dibuahi kemudian akan membelah menjadi 2 sel, dan untuk selanjutnya berkembang menjadi 4 sel, serta kemudian akan terus mengalami pembelahan. Ketika pembelahan sel terus terjadi, sekaligus sel ini akan bergerak meninggalkan tuba falopi menuju rahim.

Pada hari ketujuh setelah proses pembuahan, maka sel yang terbelah telah mencapai 30, dan kumpulan sel ini sendiri dinamakan dengan istilah morula. Adapun morula yang telah mencapai lapisan rahim akan tertanam pada lapisan endometrium. Kelompok sel yang berkembang ini akan semakin matang dan menjadi blastokista, sekaligus akan menstimulasi terjadinya perubahan dalam tubuh calon ibu, termasuk terhentinya siklus menstruasi.

Perkembangan embrio yang sudah terbentuk pada bulan pertama akan ditandai dengan terbentuknya alat-alat tubuh yang cukup penting dan juga sudah mulai berfungsi meski belum sempurna. Pada bulan pertama kehamilan belum terbentuk tangan dan kaki, demikian juga bagian otak janin masih berupa gumpalan darah. Diperkirakan panjang embrio pada usia kandungan bulan pertama adalah sekitar 2,5 hingga 6 mm.

Pada bulan kedua usia kehamilan embrio telah membentuk kaki dan tangan, alat-alat kelamin bagian dalam, rangka yang masih berupa tulang rawan, alat-alat bagian muka dan beberapa alat penting lainnya. Pada usia ini panjang embrio adalah sekitar 25-40 mm.

Pada bulan ketiga kehamilan, hampir seluruh organ tubuh telah terbentuk secara lengkap, termasuk alat kelamin luar. Panjang janin pada saat ini sekitar 70-100 mm dan sudah dapat dibedakan antara janin laki-laki atau perempuan. Sementara pada bulan keempat masa kehamilan, kondisi janin sudah mulai membentuk kulit, rambut, kelenjar keringat dan kelopak mata. Gerakan janin juga pada saat ini sudah dapat dirasakan oleh ibunya. Panjang janin adalah sekitar 145 mm.

Setelah usia kehamilan menginjak usia 12 minggu, maka janin hanya akan mengalami pertumbuhan ke arah lebih besar dan memanjang hingga menjelang kelahirannya. Secara normal masa kehamilan adalah sekitar 40 minggu, atau 9 bulan 10 hari.

MESTRUASI


PROSES TERJADINYA MENSTRUASI PADA WANITA

          Haid merupakan hal yang alamiah bagi wanita yang sehat.Dimana pada setiap bulannya seorang wanita akan mengalami perdarahan yang disebut menstruasi. Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan terjadinya perdarahan. Proses menstruasi  umumnya tidak terjadi pada ibu hamil. Menstruasi biasanya akan  terjadi setelah terjadinya perubahan pada fisik di masa pubertas yang ditandai dengan payudara mulai membesar, rambut tumbuh diseputar alat kemaluan, di aksila dan vagina mengeluarkan cairan keputih-putihan.
          Siklus haid yang normal  berkisar antara 28 - 29 hari. Ada beberapa perempuan yang masa siklusnya berlangsung dari 20 sampai 35 hari masih dianggap normal.Menstruasi bervariasi bagi setiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus haid 25-35 hari  dan sekitar 10-15 % yang memilki siklus haid 28 hari.Namun, beberapa wanita memilki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Menstruasi ini merupakan siklus yang berulang-ulang pada organ reproduksi perempuan.Normalnya menstruasi berlangsung selama 3 - 7 hari.

      Setelah pubertas, ovarium memiliki korteks tebal yang mengelilingi suatu medula yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada saat lahir korteks mengandung sejumlah folikel primer ovarium. Setelah pubertas, setiap bulan beberapa folikel berkembang membentuk folikel vesikularovarium (folikel graaf) yang biasanya menjadi matur dan rupture, kemudian mengeluarkan ovum. Proses ini disebut ovulasi. Ovum melewati tuba uterin sepanjang ujung fimbriae dan dapat difertilasi oleh sperma pria. Fertilasi terjadi biasanya pada segitiga lateral tuba uterine.
         Ada beberapa hormon yang mempengaruhi terjadinya mentruasi yaitu: 
1. Hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon)
2. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
3. LH (Luteinizing Hormone)
4. Estrogen dan progesteron
      Bagaimana hormon ini dapat mempengaruhi sehingga dapat terjadinya menstruasi?
Yaitu :Seorang wanita memiliki dua ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hingga 400.000 folikel/sel telur yang  belum matang.Normalnya,hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya,ketika sel telur tersebut  telah matang maka ovum tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju Tubafallopi untuk kemudian dibuahi.Proses pelepasan ini di sebut dengan "Ovulasi".
Hormon GnRH dikeluarkan dari Hipotalamus yang kemudian memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon FSH,hormon  FSH ini akan terus memicu pematangan folikel diovarium sehingga terjadi sintesis Estrogen dalam jumlah yang besar.Proses ini akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium/penebalan.Estrogen yang tinggi akan memberi tanda kepada  hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH, hormon ini akan mengakibatkan Ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis Progesteron.Hormon progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium sehingga terjadilah fase sekresi/fase luteal.Fase sekresi ini tetap berlangsung 14 hari,meskipun  dalam siklus haid yang bervariasi.
Fase terjadinya Menstruasi:
 1. Fase Menstruasi
Pada fase ini dinding rahim akan mengalami peluruhan dan keluar melalui vagina dalam bentuk darah dengan kadar kekentalan yang berbeda-beda. Terkadang terdapat juga gumpalan-gumpalan darah dalam proses tersebut. Fase ini berlangsung selama 3 sampai dengan 4 hari.

2. Fase Pasca Menstruasi
Selama kurang lebih 4 hari luka akibat peluruhan dinding rahim tersebut akan sembuh secara perlahan.

3. Fase Poliferasi atau pra-ovulasi
Fase ini terjadi setelah penyembuhan berhasil. Pada fase ini dinding rahim mengalami penebalan dengan tebal kurang lebih 3.5 mm. Fase ini berlangsung dari hari 5 sampai dengan hari ke 14. Pada fase ini leher rahim akan mengeluarkan lender yang bersifat basa untuk menetralkan sifat asam yang di hasilkan oleh vagina. Penetralan ini terjadi untuk memperpanjang hidup sperma sehingga pembuahan lebih mudah terjadi.

4. Fase Sekresi atau ovulasi
Fase ini terjadi pada hari ke 14 atau yang di kenal dengan masa subur. Pada fase ini sel endometrium mengeluarkan glikogen dan kapur yang nantinya digunakan sebagai bahan makanan untuk telur yang sudah di buahi. Pada fase ini ovum di matangkan dan siap untuk di buahi.

5. Fase Pascaovulasi
Jika ovum tidak dibuahi maka hormone progesterone dan hormon estrogen mengalami kemunduran sehingga fase menstuasi terjadi kembali.

FISIOLOGI PANGGUL

ALAT REPRODUKSI WANITA
female_repro_sexuality.gif
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis – adrenal – ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
CATATAN :
Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb) dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria, uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca sendiri.
ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL
Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan.
Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI
Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH – Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH – luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri yaaa…)
Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi.
Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
(gambar)
Histological appearance of endometrial tissues during the menstrual cycle.
A. Normal proliferative (postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like pattern of glands.
B. Early secretory (postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear vacuoles, alignment of nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
C. Late secretory (premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
D. Menstrual endometrium, with disintegration of stroma / glands structures and stromal hemorrhage.
HORMON-HORMON REPRODUKSI
GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).
Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.

PMS



penyakit menular seksual

Penyakit kelamin merupakan penyakit yang mengenai organ reproduksi pria atau perempuan yang diakibatkan oleh hubungan senggama dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin. Penyakit kelamin pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
  1. Penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dimana, biasanya bibit penyakit ada dalam cairan mani dan cairan vagina.
  2. Penyakit kelamin yang ditularkan tidak melalui hubungan seksual, seperti keputihan. Keputihan biasanya disebabkan oleh kuman atau bakteri yang masuk ke dalam vagina perempuan.

     
PMS sangat rentan diderita pada orang yang secara aktif telah melakukan hubungan seks. Alat kelamin mudah lembap karena banyak mengandung lendir terutama pada perempuan. Kelembapan alat kelamin ini memudahkan jamur atau kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, pada perempuan sering terjadi keputihan. Keputihan ini dapat dikatakan normal apabila keputihan tidak berbau, tidak berwarna dan tidak gatal.
Penyakit kelamin pada perempuan tentunya akan berakibat serius pada alat reproduksinya. Hal ini makin serius karena ternyata sulit untuk mendeteksi secara dini penyakit kelamin pada perempuan karena alat reproduksinya berada di dalam. Gejala-gejala penyakitnya tidak tampak secara fisik dari luar. Untuk mendeteksi adanya penyakit membutuhkan pemeriksaan dalam organ reproduksi perempuan.
Penyakit kelamin pada laki-laki akan mudah diketahui, karena organ reproduksinya berada di luar dan mudah dilihat secara langsung. Bila terjadi gejala PMS akan mudah dideteksi secara dini. Sebenarnya setiap orang akan beresiko terkena PMS, jika mereka aktif melakukan hubungan seksual. Penyakit menular akan lebih berbahaya jika diderita oleh perempuan. Meskipun dari hasil penelitian membuktikan bahwa beberapa PMS telah ada obatnya dan dapat disembuhkan.
Secara umum gejala yang nampak akan dirasakan oleh penderita PMS baik pada laki-laki maupun perempuan adalah:
  1. Rasa sakit atau gatal di kemaluan

  2. Muncul benjolan, bintik atau luka di sekitar alat kemaluan

  3. Keluarnya cairan yang tidak biasa seperti nanah dari kemaluan

  4. Terjadinya pembengkakan di pangkal paha

  5. Rasa sakit pada perut bagian bawah
Gejala yang muncul khusus pada perempuan
Kebanyakan PMS yang diderita oleh perempuan biasanya tidak menunjukkan gejala sama sekali. Hal ini disebabkan karena anatomi dari organ reproduksi perempuan yang masuk di dalam tubuh, sehingga jika ada infeksi dalam vagina sulit untuk diketahui. Kalaupun ada, gejala biasanya berupa:
  1. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan. Biasanya cairan ini berwarna merah kekuning-kuningan atau berbau tidak seperti biasanya.

  2. Gejala lain yang mungkin nampak adalah keluarnya darah bukan pada masa haid. Ini menunjukkan bahwa pada saat itu kemungkinan telah terjadi infeksi di dalam vagina.

  3. PMS pada perempuan juga dapat diketahui gejalanya pada saat melakukan hubungan seks, yaitu rasa sakit dalam vagina atau perut bagian bawah.
Sebagian besar PMS yang diderita oleh laki-laki biasanya akan mudah menunjukkan gejala-gejalanya. Hal ini disebabkan karena anatomi organ reproduksi laki-laki yang berada di luar tubuh, sehingga akan mudah diketahui gejala yang muncul. Gejala-gejalanya antara lain:
  1. Pada saat kencing terasa sakit dan jika diurut akan keluar cairan/nanah dari alat kelamin.

  2. Terjadi pembengkakan pada buah pelir dan terasa sakit atau panas.
Saat ini jumlah penderita PMS semakin meningkat tajam. Dan apabila dilihat dari kelompok usianya, penderita PMS juga diderita oleh remaja, orang dewasa, termasuk bayi atau anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terkena PMS pada stadium tertentu.
Namun demikian, usia penderita terbesar adalah remaja atau kelompok muda (15 – 29 tahun). Meningkatnya jumlah penderita PMS pada kelompok remaja ini, cukup mengkhawatirkan. Fenomena yang terlihat sudah cukup banyak remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah dengan satu pasangan ataupun banyak pasangan.
Faktor penyebab peningkatan fenomena ini
  1. Norma masyarakat tentang hubungan laki-laki dan perempuan yang belum menikah cenderung lebih longgar pada masa ini.

  2. Perkembangan teknologi yang canggih, sehingga semakin mudah remaja untuk mengakses informasi termasuk tentang seks secara tidak tepat.

  3. Nilai-nilai tentang “cinta” yang sering disalahgunakan penempatannya.

  4. Kurangnya pemahaman remaja tentang dampak dari perilaku seks bebas termasuk di dalam bahaya PMS.

  5. Semakin banyaknya tempat pelacuran dan tidak adanya batasan usia pengunjung.

  6. Rendahnya kontrol keluarga dan masyarakat.

  7. Berlakunya nilai ganda atau inkonsistensi nilai-nilai di masyarakat. Tidak mengizinkan seks pranikah, akan tetapi membiarkan saja pornografi beredar luas di masyarakat.

  8. Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.

Ginekologi


JENIS PENYAKIT KANDUNGAN ATAU GINEKOLOGI

Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama penyakit pada organ reproduksinya. Semakin banyaknya wanita yang terkena penyakit atau masalah pada organ reproduksinya membuat kita lebih berhati-hati dan menjaga kebersihan diri terutama bagian reproduksi kita. Karena salah satu penyebab penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan tersebut ialah karena infeksi jamur ataupun virus.
Radang genitalia interna adalah peradangan akibat mikroorganisme pada vagina dalam. Akibatnya akan muncul gejala keputihan atau fluor albus.
Cairan kuning kental dan sangat banyak akan keluar dari vagina. Sekitar vagina akan terasa panas, gatal, nyeri tekan. Vagina juga akan mengalami nyeri saat berhubungan, nyeri saat berkemih, dan lain-lain.
Bila infeksi menyebar ke rahim dan saluran telur maka dapat terjadi demam disertai gejala nyeri perut bagian bawah kanan/kiri dan disebut penyakit radang panggul (pelvic inflamatory disease). Keluarnya cairan keputihan ini dapat terjadi karena kelebihan hormon, infeksi kuman seperti n. gonorrhoeae, candida albicans, infeksi protozoa atau trichomonas, dan lain-lain.
Peradangan biasanya terjadi pada organ-organ genitalia interna seperti pada: Pertama, Uterus yaitu suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan genitalia interna uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan genitalia interna uteri.
Kedua, Genitalia interna uteri yaitu bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa genitalia interna, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi genitalia interna mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa genitalia interna menghasilkan lendir getah genitalia interna yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir genitalia interna dipengaruhi siklus haid.
Ketiga, Corpus uteri yaitu terdiri dari : paling luar lapisan serosa/ peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan genitalia interna uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
Radang pada genetalia ekterna antara lain :
1. Bartolinitis,
2. Vaginitis,
3. Vulvo vaginitis.
Radang pada genetalia interna antara lain :
1. Cervicitis
2. Endometritis
3. Miometritis
4. Parametritis
5. Adneksitis
6. Peritonis pelvis
URAIN MATERI

A. RADANG GENETALIA EKTERNA
BARTOLINITIS
1. Pengertian
Glandula Bartholini adalah suatu kelenjar yang letaknya di seputar bibir kemaluan (vulva) tepatnya di kiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare. Kelenjar Bartholini memiliki diameter lebih kurang 1 cm, terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vulva. Pada koitus, kelenjar bartholini mengeluarkan getah lendir.
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar kacang dan tidak melebihi 1 cm, dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal tidak teraba. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
image
1. Penyebab
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
o Pada vulva terjadi perubahan warna, kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
o Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam
o Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
o Terdapat abses pada daerah kelamin
o Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler.
3. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan:
· antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari,
· asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis,
· eritromisin 4 x 0,5 gram perhari selama 5-10 hari, suntikan 1.000.000 S Depot penisilin sehari selama 6-7 hari, atau jika ada alergi terhadap penisilin dapat diberi chlorampenicol 1 gr intravena (i.v.) atau intramuskuler (i.m.).
· Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai banyak sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler. Jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan karena jika tidak akan menjadi kista.
4. Dampak Bagi Kehamilan dan Persalinan
Dampak terhadap kehamilan dan bayi khususnya pada bartholinitis yang disebabkan oleh Gonokokkusyaitu :
· Sering dijumpainya kemandulan anak satu (one child sterility) pada penderita atau bekas penderita karena pada saat persalinan lendir kental dalam cervix lenyap dan ostium terbuka hingga akhirnya Gonokokkus ada kesempatan untuk mejalar ke atas berturut-turut menyebabkan endometritis dan salpingitis (salpingitis inilah penyebab kemandulan tersebut),
· Anak yang melalui jalan lahir dapat kemasukan Gonococcus ke dalam matanya dan menderita konjungtivitis gonorea neonatorum (blenorea neonati).Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang - ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista Bartholini. Sebaiknya kista yang kecil dan tenang pada wanita hamil dibiarkan saja dan baru diangkat kira-kira 3 bulan setelah persalinan. Apabila kista sering meradang walaupun sudah diobati berukang kali, atau apabila kista sangat besar sehingga dikhawatirkan akan pecah waktu persalinan, maka sebaiknya kista tersebut diangkat dalam keadaan tenang sebelum persalinan. Adakalanya kista yang sangat besar baru diketahui sewaktu wanita sudah dalam persalinan. Dalam hal demikian dilakukan punksi dan cairan dikeluarkan, walaupun ini bukan terapi tetap. Selanjutnya dilakukan marsupialisasi (nanah dikeluarkan) sebagai tindakan tanpa resiko dengan hasil yang memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan.
VAGINITIS
1. Pengertian
Radang pada vagina yeng disebabkan karena flora vagina telah terganggu oleh adanya mikroorganisme patogen atau perubahan lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme patogen berkembang biak/berproliferasi. Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit dan jamur.
clip_image002
Beberapa keadaan yang dapat memudahkan infeksi:
1) Coitus terutama kalau smegma prepurtiium mengandung kuman-kuman.
2) Tampon-tampon dalam vagina misalnya untuk menampung darah haid
3) Hygiene yang kurang
4) Atrofi efitel vagina pada masa senil (ketuaan) dimana epitel vagina kurang mengandung glycogen dan menjadi tipis.
2. Penyebab
1) Pada anak-anak disebabkan gonorea dan corpus allineum
2) Pada orang tua terjadi karena pertahanan terhadap infeksi pada vagina menurun sehubungan dengan “aging process”
3) Vaginitis pada masa reproduksi sering terjadi pada martubasi, corpus allineum (pressarium, obat atau alat kontrasepsi, kapas), dan rangsangan termis.
3. Gejala
Gejala umum vaginitis adalah:
1) Pengeluaran keputihan berlebihan, dapat seperti nanah
2) Terasa panas dan gatal
3) Suhu badan dapat meningkat
4) Bagian luar terjadi pembengkakan
5) Pada vagina terdapat bintik merah, mudah berdarah
6) Terasa nyeri saat hubungan seks.
4. Penanganan
ü Memberikan konseling kepada klien :
o Informasikan tentang etiologi dan arah infeksi.
o Hindari masukan alkohol selama perawatan dan selama 24 jam setelah perawatan dilengkapi.
o Jika sedang menyusui, hentikan selama perawatan dan selama setidaknya 24 jam setelahnya.
o Jika meminum regimen multiple dosis, minum seluruh obat, walaupun gejalanya mereda.
o Gunakan hanya pakaian dalam dari katun untuk mengurangi gejala.
o Hindari baju ketat : baju longgar akan meningkatkan sirkulasi udara untuk meringankan gejala.
o Jangan cebok dengan menggunakan produk hygiene kewanitaan.
o Jangan melakukan hubungan seksual sampai anda dan patner anda menjalani perawatan dan tanpa gejala.
o Buat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
ü Therapi :
o Metronidazole 2 gr per oral dosis tunggal, atau 2 x 500 mg (Flagyl, Protostat). Regimen yang direkomendasikan oleh CDC (Centers for Disease Control dan Prevention) adalah 500 mg per oral untuk 7 hari. Metronidazole dikontraindikasikan pada kehamilan trimester pertama dan wanita melahirkan.
o Clotrimazole (Gyne-Lotrimin) krim vaginal (aplikator intravaginal untuk 7 hari) dapat digunakan untuk meringankan gejala.
o Patner seksual wanita tersebut harus secara simultan dirawat dengan metronidazole.
VULVOVAGINITIS
1. Pengertian
Vulvovaginitis berasal dari kata :
· Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina.
· Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
· Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina.
2. Penyebab
· Infeksi
- Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
- Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik
- Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
- Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
· Zat atau benda yang bersifat iritatif
- Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodoran
- Zat di dalam air mandi
- Pembilas vagina
- Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
- Tinja
· Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
· Terapi penyinaran
3. Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah :
· Keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
· Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju.
Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.Gatal-gatalnya sangat hebat.
· Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
· Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual.
· Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
4. Pengobatan
· Jika cairan yang keluar dari vagina normal, pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
· Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan :
ü Antibiotic
ü anti-jamur
ü anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. \
· Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
· Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.
· Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
· Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
Jenis infeksi Pengobatan
Jamur · Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
· Fluconazole atau ketoconazole< (tablet)
Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau metronidazole (tablet).
Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trikomonas Metronidazole (tablet)
Virus papiloma manusia (kutil genitalis) Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan ke kutil)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)
   
· Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun)
· Menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin).
· Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
· Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral(tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
PENCEGAHAN
1. Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah genital Anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau antibakteri.
2. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
3. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.
4. Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dari mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina. Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
5. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
6. Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya. Jika Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur di lingkungan lembab.

Sumber


Sarwono dan Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2008. Ginekologi. Bandung : Elstar-offset.

http://medicastore.com/penyakit/95/Vaginitis_&_Vulvitis.html

http://www.f-buzz.com/2008/07/10/vaginitis-vulvitis/

http://www.kesrepro.info/?q=node/315

PENGERTIAN DAN MACAM MACAM ABORTUS




ABORTUS
APA ITU ABORTUS ?
Abortus/aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan berat badan janin <500 gram dan usia kandungan < 20 minggu. Usia kehamilan yang cukup bulan/aterm adalah 37-40 minggu.
APA TANDA-TANDA TERJADINYA ABORTUS ?
Tanda-tanda terjadinya abortus pada umumnya adalah:
  1. Terjadi kontraksi uterus/rahim
  2. Terjadi perdarahan uterus/rahim
  3. Dilatasi serviks (pelebaran mulut rahim)
  4. Ditemukan sebagian atau seluruh hasil konsepsi/pembuahan
Pada kehamilan, janin menempel di endometrium (dinding uterus/rahim bagian dalam). Untuk itu, endometrium harus tebal karena jika tipis maka janin tidak bisa menempel di endometrium dengan sempurna. Tebal / tipisnya endometrium dipengaruhi oleh hormon progesteron. Semakin banyak hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tebal sehingga janin bisa menempel dengan sempurna. Sebaliknya semakin sedikit hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tipis sehingga janin kurang menempel dan akan terjadi keguguran/abortus. Oleh karena itu disimpulkan bahwa salah satu penyebab terjadinya abortus/keguguran adalah kurangnya hormon progesteron.
APA SAJA KLASIFIKASI ABORTUS ?
Abortus diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
  1. Abortus Spontan
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu yang berlangsung tanpa tindakan / tanpa disengaja.
  1. Abortus Buatan
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan yang disengaja.
  1. Abortus Terapeutik
adalah abortus buatan yang dilakukan pada kehamilan sebelum 20 minggu atas indikasi tindakan medis.
APA SAJA PENYEBAB ABORTUS SPONTAN ?
Abortus spontan dapat disebabkan oleh:
- Kurangnya hormon progesteron
- Kelainan kromosom
- Infeksi (chlamydia, mycoplasma, dll)
- Gangguan endokrin/hormon (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- Oksidan (rokok, alkohol, radiasi, dan toksin), dll
APA SAJA MACAM-MACAM ABORTUS SPONTAN ?
1. ABORTUS IMMINENS
Abortus imminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan per vaginam(lewat vagina), ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. ABORTUS INSIPIENS
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar, ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Ciri : Perdarahan per vaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan makin sering, serviks sudah terbuka.
3. ABORTUS INKOMPLETUS
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan konsepsi keluar.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan banyak dapat menyebabkan syok), pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital dan bila perlu dilakukan kuretase.
4. ABORTUS KOMPLETUS
Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, kontraksi uterus, serviks sudah menutup, keluar jaringan hasil konsepsi, tidak ada sisa jaringan di dalam uterus.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu.
5. ABORTUS HABITUALIS
Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih berturut - turut. Abortus habitualis umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus (mioma, septum, serviks inkompeten, dll), atau kelainan faktor-faktor imunologi. Pada kasus abortus habitualis perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada/tidaknya kelainan anatomi. Selain itu juga perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan faktor-faktor hormonal / imunologi / kromosom.
6. MISSED ABORTION
Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan dalam kandungan. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penanganan : mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus. Jika dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena jaringan telah mengeras, dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat komplikasi kelainan koagulasi (hipofibrinogenemia).
APA PENGERTIAN ABORTUS TERAPEUTIK ?
Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi tindakan medis dilakukan. Abortus terapeutik dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, dll. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
BAGAIMANA PENANGANAN TERHADAP ANCAMAN ABORTUS?
Dokter sering menganjurkan tirah baring dan pemberian progesteron pada wanita hamil yang mengalami ancaman abortus tetapi bukti ilmiah untuk manajemen ini masih jarang.
TIRAH BARING
Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa tirah baring dapat mempengaruhi kehamilan, istirahat dari aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita merasa aman, juga memberikan efek psikologis.
PROGESTERON
Progesteron diberikan pada 13 – 40% wanita dengan ancaman abortus. Progesteron merupakan produk utama dari corpus luteum (bagian dari indung telur) dan pemberian prostagen diharapkan dapat membantu corpus luteum dalam memproduksi progesteron dan menginduksi relaksasi rahim yang sedang mengalami kontraksi. Dalam sebuah studi kecil, pemberian progesteron dapat mengurangi kram pada rahim secara subjektif lebih cepat dibandingkan dengan tirah baring saja.
DLL